Senin, 23 Januari 2017

Fall Down

Aku memang pernah salah, bukan berarti sampai sekarang apapun yang kulakukan tetap salah. Aku pernah disakiti, aku pernah menyakiti. Keduanya sama sama menyakitkan. Orang yang tersakiti memang terlampau emosional, sama denganmu. Semuanya sudah berakhir. Berakhir sudah semuanya. Tidak ada yang perlu diperjelas. Sudah jelas. Jelas sudah. Aku tidak mengerti seseorang yang mengenalku dalam dalam tega berbicara menyakitkan seperti itu. Bahkan menyudutkan orang tua ku. Aku maupun orang tua ku pernah salah. Aku menyadari amat sangat menyakitkan bagimu. Untuk menyakiti seperti itu sudah cukup menyakitkan buatku, ditambah lagi dirimu yang sekarang. Dirimu yang berhati batu. Ucapan dariku mungkin tidak pernah bisa menembus pikiranmu. Sudah terlewat batas, sudah terlampau puncak kesabaranku. Aku menyayangi mu dalam diam. Aku mendoakan yang terbaik untuk kita. Aku berusaha untuk menebus salahku. Aku meniti jalan ini untuk menggandengmu. Apa aku salah lagi? Sesalah dulukah aku? Menyakitkan mana di tinggal seseorang atau orang tuamu disudutkan? Aku mencintaimu sungguh dalam. Terlampau dalamnya, benar benar sakit hati yang kini aku dapatkan. Aku tidak terima orang tuaku disudutkan seperti itu. Kamu hanya seseorang yang tidak mencapai separuh dari usia orang tuaku. Tahu apa kamu tentang orang tuaku? Sakit hati memang aku tau dirimu sakit hati. Lihat! Balas sakit hatimu ke aku! Jangan sangkutkan ke orang tuaku! Salahkan aku, jangan salahkan orang tuaku. Kamu hanya noda hitam nyempil di kuku dibanding orang tuaku sama sekali berbeda. Sadar?
Orang tua mana yang tidak menginginkan anaknya bahagia? Orang tua mana yang menginginkan anaknya hidup sengsara? Orang tuamu? Tidak kan? Tolong hey tolong pikirkan dengan pikiran yang jernih. Pantas tak kau bilang kata yang menyakitkan? Sanggup kau menahan rasa sakitnya bila orang tuamu disudutkan oleh orang yang tak tahu apapa?
Menyesal sudah akhirnya aku telah mengharapkan seseorang yang hatinya beku. Usaha yang sia sia. Kumbang oh kumbang. Begitu cepat kau berlari hingga kau tak sadar apa yang telah kau injak! Injak harga diri orang tuaku berarti telah berakhir sudah harapan. Berteman? Menyakitkan.
Allah maha membolak balikkan hati manusia. Hanya hambanya yang benar benar teguh yang mampu melewati semuanya. Aku tidak bisa menuliskan sakit yang aku rasa secara detail. Semoga sakit hatiku, sakit hati orang tuaku disembuhkan segera. Ya Allah tolong bukakan pintu maaf yang sebesar besarnya untuk orang yang menyudutkan orang tuaku. Sekarang, aku tidak mengenalimu seperti yang dulu, Kumbang 2017

Minggu, 22 Januari 2017

I MISS YOU

Senja itu aku mendapat sebaris pesan singkat, kaget bukan main. Kumbang mengajakku bertemu setelah sekian lama. Pasti canggung! Aku tau. Ku iyakan ajakannya. Pikiranku berkecamuk banyak bayangan negatif datang menghantui. Apa mau ngenalin seseorang? Apa mau pamitan nggak perlu kenal aku lagi? Oh! Terserah! Kubiarkan pikiranku kemana mana. Yang jelas nanti bakal tahu apa yang terjadi.

***

Dari kejauhan aku sudah memandangnya. Dia tepat di depan gerbang kos. Kubuka gerbang yang sudah berkarat itu, aku berusaha untuk tetap tenang memandangnya. Ya!! Aku memang sengaja membuatnya seperti itu untuk menutupi rasa canggung.
"Hai, sudah lama", ku sapa duluan
"Nggak kok", jawabnya singkat
Diperjalanan ke arah puncak, aku mencoba bicara tentang apa saja untuk menutupi keheningan atau untuk mencairkan suasana. Malam itu, Malang dingin sekali, beku mirip seperti hatimu. Benar benar berbeda yang aku rasakan, tidak seperti Kumbang yang dulu. Bahkan cara dia berbicara padaku seolah dia memberi sebuah batas denganku. Sampai di puncak, kita membeli sosis bakar dilangganan dulu, hingga saat itu adalah terakhir kalinya. Tanpa ada sekecap pun percakapan, Kota Malang menjadi saksi bisu bahwa aku benar benar seperti menyembunyikan masalah pada diriku sendiri. Atau malah bukan? Atau sebenarnya sedang berusaha mencari kunci untuk memperoleh pikiran yang tenang dan mengabaikan seluruh kata dalam hati? Atau ingin memulai sebuah percakapan tapi tak tahu harus darimana? Atau apa? Aku tidak mengerti bahkan aku tidak bisa merinci perasaanku kala itu.
Beberapa menit kemudian kita duduk berdampingan di salah satu sisi air mancur di tengah taman. Sambil ku habiskan sosis bakarnya, dia menghela nafas dan memulai sebuah percakapan.
"Tadi udah ijin? Nggak dicariin?
"Udah ijin bapak kosan kok"
"Ijin sama mas Andi (my ex)?"
Dalam hatiku, kenapa nanyanya gitu. Kujawab singkat dan jelas. "Kenapa musti ijin? Sudah lama nggak kontakan". Dia diam. Aku pun diam. Waktu serasa berhenti berdetik saat itu. Hening sekali. Entah percakapan itu bukan membuatku semakin antusias malah membikin hati luka. Aku yang telah menyakiti perasaannya, tetapi dia mampu bangkit dan seolah baginya serasa biasa saja. Aku memandang jauh, jauh sekali hingga tidak tahu apa yang kulihat. Kemudian, semua kenangan bersama Kumbang seakan datang kembali. Aku merasa pikiranku sedang terhubunh dengan Kumbang saat itu. Bagaimana bisa aku menyakiti perasaan seseorang seperti Kumbang? Aku mencoba meringankan perasaan dan pikiranku dengan mengakui aku salah dan berharap bisa berbuat lebih banyak untuk membuat Kumbang seperti saat dimana awan masih biru.
Rintikan hujan membasahi pipiku. Gerimis!! Malam belum larut kira kira masih sekitar pukul setengah sembilan waktu indonesia barat. Kita bergegas ke parkiran untuk memulai perjalanan pulang. Gerimis semakin menjadi, satu piranti yang aku lupa pasti. Jaket! Ah rasanya aku akan membeku ditimpa dinginnya Malang malam ini.
"Aku tidak mau minjemin jaket lho ya." Katanya seakan dia bisa membaca pikiranku
"Aku juga nggak akan pinjem", jawabku.
Mungkin sepanjang perjalanan dia menyadari bibirku semakin bergetar dan tanganku makin mengepal erat. Kemudian dia hanya mengendalikan motornya yang melaju untuk singgah di pinggir jalan. Sontak aku kaget, dilepasnya jaket diberikannya padaku. Aku tahu dia terpaksa karena malam itu, benar benar dingin bahkan jika aku yang memiliki jaket itu aku tidak akan melepasnya. Apalagi untuk seseorang seperti aku, yang telah menyakitinya. Turunnya hujan gerimis seperti mewakili perasaanku. Aku mencoba meringankan perasaan dan pikiranku. Kuakui aku salah, aku hanya bisa berharap bisa mengembalikan suasana seperti dulu. Tapi apa daya? Melihatnya, aku benar benar ingin memberi tahu tentang apa yang benar benar ingin aku lakukan untuk membuatnya bahagia. Terlambat sudah! Aku tidak bisa berkata kata. Aku rindu kamu, Kumbang. Aku rindu. Sungguh!! Tapi aku punya malu

Selasa, 17 Januari 2017

SO FAR AWAY

2015. Aku ingin bercerita kepadamu tentang diriku kala itu yang merindu. Setelah selesai dari Kumbang, aku hanya menjadi diriku. Aku merasa sangat lelah. Kepalaku dipenuhi banyak kata kata yang ingin aku ungkapkan. Kala itu kita selesai tanpa pamitan, tanpa ada satu patah kata pun yang terucapkan. Aku benar benar ingin bicara dengan Kumbang, aku ingin bereaksi atas semuanya yang telah terjadi. Apa daya, aku hanya bisa berdiam diri, segala cara yang bisa aku tempuh untuk sebuah penjelasan ditutup rapat olehnya. Bahkan akun akun sosial media kala itu tanpa lewat satupun telah diblokir olehnya. Aku memang mengerti aku yang salah di situasi ini, dia berhak melakukan apapun yang dia mau tanpa harus meminta persetujuanku, termasuk menghilang. Sebetulnya, meskipun kala itu aku benar benar memiliki begitu banyak keinginan untuk bicara padanya, aku masih bisa menahannya karena aku tahu diri. Aku punya malu, ada kata yang berkecamuk dalam hatiku bahwa aku tidak haris melakukan hal itu untuk menghormati keputusannya. Harus aku akui, Kumbang sebelumnya adalah seseorang lelaki yang baik, yang pada akhirnya tersakiti, aku mengerti, amat jelas aku mengerti keadaan saat itu. Seseorang yang baik itu mungkin membenciku, ingin mengubur namaku dalam dalam. Itulah Kumbang dalam benakku... Hari demi hari terlalui. Pada dasarnya, semakin lama semakin aku sadar. Pada dasarnya, aku ingin menyikapi semua keadaan dengan tenang, meskipun itu sulit. Senja itu, aku mengingat beberapa kejadian yang pernah kita lalui bersama. Salah satunya, merayakan tahun baru dipuncak pergantian tahun 2014 ke 2015. Ditemani rintikan hujan tengah malam itu, aku sungguh bahagia. Menurutku, sejak malam itu Kumbang adalah seseorang yang bisa melindungiku, memperjuangkan meskipun itu sulit. Aku suka cara dia menatapku. Aku suka cara dia bilang rindu. Mungkin aku bisa mendapatkan hal yang sama dari orang lain, tetapi kala itu hanya dia yang aku mau. Beranjak dari pergantian malam tahun baru, kami semakin dekat dan lebih dekat lagi, berbicara lewat telepon di hampir setiap malam, sering bertemu meski hanya untuk motoran ditengah kota nggak jelas. Yah!! Membahas hal indah yang pernah aku lalui bersama Kumbang, memang membuat aku senang. Aku perlu menceritakan ke kalian karena aku ingin kalian tahu bahwa dia, Kumbang tahun 2015 sungguh dan sungguh mengasyikkan. Tidak ada satupun yang bisa menduga bahwa kini kami telah berakhir. Kami tidak akan pernah tahu bagaimana berikutnya dan seterusnya. Dulu kita memang begitu dekat, sekarang? Sudah hanyut bersama angan. Untukmu Kumbang dimanapun engkau berada. Aku sungguh meminta maaf atas semuanya yang telah terjadi. Aku seperti terlibat dalam drama, terlibat dalam kepura puraan, usaha usaha penyangkalan dalam diriku sendiri. Sejujur jujurnya aku masih ingin bersama sama dengan kumbang saat itu. Aku merasa kehidupanku lumpuh ditempa rasa bersalah yang dalam, tetapi aku percaya dalam perasaan kasih dan merindu semuanya akan menjadi adil, semuanya akan tahu sumbernya, semuanya akan kembali dijalan pulang. Akan tetapi Kumbang, berbeda dengan jika engkau terus dendam begini. Aku bukan tidak mau dibenci, aku tidak bisa dibenci. Karena aku akan terus terusan merasa terpuruk, merasa orang yang paling hina di jagad ini. Aku meminta maaf padamu untuk beberapa kali. Tapi tertutup oleh sendu... Sesuatu yang sangat aku butuhkan saat itu adalah penerimaan maaf darimu. Sesekali aku merasa perlu keluar dan mengobrol untuk menghilangkan kekhawatiranku, tetapi sejauh ini tetap tidak bisa, mungkin belum bisa. Aku hanya ingin membebaskan beban emosi dan perasaanku, tetapi aku tidak tahu jalannya. Sebetulnya, aku bisa saja tidak peduli atas apa yang telah aku lakukan, persoalan tentang perasaan yang labil macam ini. Tapi aku adalah jenis orang yang tidak sembarang membuang seseorang, apalagi dia adalah Kumbang. Yang aku dapat jari kejauhanku dengan Kumbang adalah aku harus berlatih untuk mengikhlaskan, menyesali perbuatan, tetapi aku harus bangkit dan percaya bahwa Tuhan itu adil. Tuhan tahu mana yang terbaik untuk umatnya. Melalui berbagai kesalahan yang dilakukan, aku belajar untuk bertanggung jawab atas semua yang terjadi. Tanggung jawab memang sakit, tetapi lebih sakit bila menyayangi diberi sayatan hati.

THROWBACK

Andi, lahir dibulan ketiga pada tahun tikus. Seseorang yang sederhana namun menyenangkan, he's one part of my life. Aku mencintai waktu yang aku habiskan dengannya. Banyak hal yang aku dapat darinya, hanya darinya, bahkan selama aku kuliah 3 tahun hanya dia yang memberiku pelajaran ini. Cinta memang boleh berlalu, tetapi kekeluargaan tetap berjalan. Sama seperti sekarang. Yes!! He's my ex. Aku mengenalnya di tahun 2010 silam, merindunya 2012 silam dan mengakhirinya 2013. Aku hafal betul tepatnya 10 desember 2013. Entah, rasanya aku tidak ingin mengungkit rasa pahit dahulu. Zaman masih berkepala satu dan pastinya labil sekali. Kita berbeda! Waktu berlalu begitu cepat, begitu banyak yang berkembang di dunia, begitu banyak. Termasuk Andi. Andi Ahmad Prasetya. Kita bertemu kembali di tahun 2016 setelah sekian lama berakhir. Dia memintaku untuk menjadi bagiannya kembali. I say no but my fam yes. Jujur, memang banyak sekali pro kontra jalinan hubungan ini. Jika mengingat hal yang pahit ahhhh rasanya ingin hilang ditelan naga. Oke, aku tidak ingin berlama lama di ceritaku throwback ini. Langsung pada intinya, aku kembali dengannya, Andi Ahmad Prasetya melalui semua tekanan yang ada. Saat itu aku masih bersama Kumbang. Ini sungguh sungguh menyakitkan buatku. Tetapi, aku menyadari ini adalah sebuah kelokan hidup. Aku tidak bisa menjalin semuanya dengan berlama lama dibawah tekanan. Akhirnya, tidak sama sekali menyakitkan kita harus berakhir sampai di situ. Aku merasa lega karena tidak ada yang perlu dipaksakan kembali. Ini adalah kesalahan yang mendalam bagiku terutama untuk menyakiti Kumbang, seseorang yang mengharapkanku disana. Bukannya ingin melupakan, aku masih ingat semuanya, aku hanya ingin menyimpannya dan menutupnya rapat rapat. Setelah semuanya berakhir, kita hanyalah menjadi yang dulu layaknya seorang keluarga. Ya!! Dia masih sama. Andi Ahmad Prasetya adalah keluargaku meski tak sedarah. Terimakasih untuk lika liku nyaa. Ini menyakitkan teruntukmu, Kumbangku. Bukan hanya kamu, melainkan aku

Minggu, 15 Januari 2017

START TO SEE YOU, BROMO

Dan, tengah malam itu diputuskan untuk berangkat ke bromo. Aku pikir perjalanan ke bromo menakjubkan, percakapan dengan kumbang membuatku untuk lebih saling mengenal. Dia banyak sekali cerita mengenai masa silamnya. Demi Tuhan, aku tidak sama sekali berusaha untuk menaruh rasa simpati maupun membuat sensasi melalui percakapan malam itu. Rasanya semuanya berlangsung begitu saja. Perjalanan malam itu menembus udara yang sangat amat dingin, kita melaju dijalanan yang sudah betul betul sangat sepi. Nyaris tidak ada yang berlalu lalang kecuali motor rombongan kami... Anyway.. Saat aku menulis ini, pikiran yang berkaitan dengan masa laluku disaat aku bersama dengan kumbang bergegas masuk ke dalam pikiranku. Peristiwa demi peristiwa yng pernah kita alami menusuk perasaanku. Oh betapa bahagianya dulu. Cukup kuat kurasakan, aku merasa diriku tidak bisa memberi tahu apa apa yang harus ku lakukan disaat tertimbun kenangan masa lalu seperti sekarang ini. Aku ingin mengatakan, aku rindu, tetapi aku gengsi... Oke! Kembali ke cerita bromo. Ditiap sudut tertentu disana aku melihat para penjaga malam sedang jongkok di pinggiran jalan menghadap ke perapian untuk menghangatkan badan. Sesekali hembusan rokok keluar dari mulut mereka. Sementara itu, kabut tipis yang turun menjadi embun mulai terlihat. Kesunyian tidak lagi menguasai sebab terpecahkan oleh percakapanku dengan dia. Dia adalah seseorang yang pernah mencintai seorang perempuan bernama bunga, tapi terkhianati oleh dusta. Sebenarnya aku sendiri tidak menyangka seseorang yang dingin seperti kumbang pernah menangis karena wanita. Bukan terlihat cengeng, tapi bagiku dia terlihat berperasaan. Bukan seseorang yang kasar, bukan seseorang yang tidak peduli. Mungkin malah sebaliknya, dia seseorang yang lembut dan peduli. Ahh namanya juga kalau sudah cinta segalanya itu buta. Mau se-sangar apapun kamu pernah juga luluh karena seseorang. Dia seseorang yang pernah jatuh, merasakan pahitnya hubungan asmara. Dia seseorang yang mampu bangkit dan lekas meludah mengenai apa apa yang pahit yang pernah dia telan. Keras kepala, tetapi asik juga. Dingin, tetapi kadang mampu mencair di kehangatan. Dia! Kumbang yang aku kenal... Liku liku perjalanan ke gunung bromo seraya ingin menghantarkanku pada suatu yang rumit. Serumit pikiranku. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi setelah pertemuanku tengah malam itu, percakapanku yang menembus angin, hingga bertubi tubi cerita yang aku dapat darinya. Dari gunung bromo aku mengetahuinya, aku mengenalnya. Mulai dari sanalah aku bisa bahagia karenanya. Kumbang pada tahun 2014

Selasa, 10 Januari 2017

VESPA

Dimulai dari perkumpulan mahasiswa yang sudah aku sebutkan di bagian pendahuluan. Sebut saja VESPA, bukan perkumpulan geng motor lho ya. Ini cuma nama samaran. Sejujurnya nama aslinya juga mirip nama motor, banyak!! Honda suzuki nmax yamaha. Apasih nggak jelas Kumpul kumpul sekedar tatap muka, sharing, ketawa bareng itu hal yang butuh banget gaesss. So, bagi kalian yang cuman dirumah terus keluarlah dunia ini indah. Kalian yang sedih yang statusnya nggak jelas, lepasin diluar sana masih banyak hal yang jelas dan bisa bikin reflex. Aku hidup diantara orang orang yang beku dari jaman smp ana namanya rsbi, sma namanya aksel yang dipikirin cuman nilai nilai dan nilai. Alhamdulillah klasifikasi macam itu sekarang sudah dihapuskan. Percayalah, klasifikasi macam itu bisa menyita tawa kalian. Mungkin tidak semuanya, tapi aku pernah mengalaminya *** Aku mengenalnya dari VESPA. Saat tahun pertama yakni 2013 sekedar dengar namanya aja, nggak tau orangnya yang mana. Maklumilah saat itu aku masih anget angetnya diangkat dari jejak kelas akselerasi. Bagiku untuk mengenal orangnya tidak penting, tanpa kenal aku tidak perlu sayang. Beda kalo sudah kenal, resiko sayang bisa lebih meningkat hahaha konyol. Aku masuk perkumpulan orang orang anti mainstream ini bersama kakakku, serius yang ini kakak beneran. Kakakku berjenis kelamin laki laki, termasuk seseorang yang alami dan hewani. Binatang aja disayang apalagi adiknya yang manusia, belum tentu disayang -_- . Kakakku berteman lumayan dekat dengan si kumbang, pertemanan mereka dahulu dalem, untuk semacam masa lalu yaa lumayan memahami lah. Mungkin kalau sekarang aku melihatnya nggak sedalem dulu, mungkin sudah dikuras 😂😂 . Untuk perkumpulan jenis ini, setiap tahun ada malam keakrabannya tahun pertama (2013) sayang sekali si kumbang tidak mengikuti jalannya keseruan di puncak yang dingin. Padahal aku mengikuti, tapi sedikit tidak menikmati karena saat itu alergi dinginku kumat. Malam bercerita aku lewati begitu saja dengan obat yang mengantarku dalam pulau kapuk. Dan kemarin ditahun kedua (2014) aku bergabung dengan panitia malam keakraban dengan si kumbang dan kakakku, oh iya belum aku sebut namanya. Panggil saja Jeki. Saat itu kumbang adalah ketua pelaksana malam keakraban. Biasanya malam keakraban ini merupakan ajang mahasiswa baru untuk eksis dikenal kakak tingkatnya. Bukan hanya itu, mahasiswa lama pun memanfaatkan momen ini untuk nyepik ( bahasa gaulnya ramah tamah hahaha). Aku tidak pernah berharap dengan adanya makrab bisa menemukan sandaran, hanya saja aku rasa makrab kedua ini sedikit berbeda. Awal pijakan ceritaku dengan kumbang berawal dari makrab kedua. Aku masih ingat rangkaian alur makrab, sempat pula aku yang berbicara didepan semuanya sebagai pembawa cerita. Satu yang aku ingat saat ada bagian tukar kado. Waktu itu aku membungkus bola lampu, bukan bola lampu yang mati tetapi masih hidup, kenapa aku bawa bola lampu? Kenapa nggak yang lain. Bapak kos aku tidak memperbolehkan kita ganti lampu sendiri, harus dari sananya soalnya nanti tingkat keterangannya berbeda. Yaaa daripada nggak kepakai aku bungkus terus buat acara tukar kado saja. Nggak ada petir nggak ada halilintar nggak ada tsunami acaranya berlangsung, yaa jelas kalo ada tsunami mana bisa acaranya lanjut. Acara tukar kado saat itu berjalan mulus, hingga suatu titik seseorang yang mendapat kadoku adalah si kumbang. Tidak ada kesan pesan, kumbang memang terbilang cuek, acuh tak acuh dan slengean. Pikirku, wahhhh kok yang dapet dia nggak bisa digombalin nih. Bukanya bola lampu supaya menerangi hatimu malah bisa bikin listrik padam kalo yang dapet dia. Aku tidak terlalu memperdulikan orang yang cuek macam dia, bahkan orang yang perhatian saja nggak terpikir. Bukanya aku sombong tapi untuk memulai perhatian dengan seseorang bagiku sulit. Riwayatku terlalu sakit untuk dibahas. Masa laluku ada tapi biarkan tetap tinggal disana... Itu sedikit kata kata untuk bola lampu. Memang tidak ada yang penting mengenai bola lampu, tapi entah aku belum lupa. Apa memang aku belum mencoba melupakan atau? Ah sudahlah aku hanya ingin mengenang. Lambat lauuuuuun makrab selesai. Hari hari setelah makrab terasa biasa sajaa datar banget. Hingga ada omongan dari VESPA mau ngadain touring ke gunung bromo. Jujur, aku belum pernah satu kali pun ke gunung hingga saat itu. Angkatan aku aja yang berangkat ke gunung bromo dan hanya 6 orang.. Aku, kumbang, mas jeki, mbak ulil, mas dimi dan mas ade. Hanya ada dua wanita tangguh, tentunya aku dan mbak ulil. Awalnya hampir nggak jadi berangkat tetapi berkat tekad yang bulat berangkat jugaa deh.

Senin, 09 Januari 2017

PENDAHULUAN

Sulit rasanya ingin memulai cerita ini berawal. Jika saja aku tahu bakal semenarik ini, dari awal kita bertemu pasti sudah aku tuliskan. Aku bahagia sungguh, mengenalmu seseorang yang lahir dibulan keempat tahun kedua sebelumku. Seseorang yang menggunakan logika lebih dominan daripada perasaannya. Itu yang aku tahu, dulu. Mungkin ini bagaimana seseorang bermetamorfosa. Sekarang aku lebih tahu, bukan sok tahu, yang jelas aku lebih mengerti setelah semuanya sudah berakhir. Penyesalan memang letaknya diakhir, kalo diawal mana ada yang mau nyobain. Ada dua kemungkinan penyesalan yang aku tahu, karena diberi harapan yang berlebihan atau memberi harapan yang terlampau. Setelah dipikir pikir, dulu memang banyak bahagianya. Lalu, kenapa sekarang banyak sedihnya? 😹😹😹 Makin tua makin ribet aja ya. Aku sekarang udah 20 tahun gaes kemarin kemarin masih jaman anak baru gede masih berkepala satu. Sekarang kepalanya dua wkwkk semoga nggak muka dua aja udah syukur. Okey back to the word. Mungkin ketika aku menulis ini, banyak kata yang berkecamuk didalam sini nih. Tunjuk ada dada kiri bawah. Sejujur jujurnya memang lagi pengen nulis aja, password blog ini udah inget lagi. Kenapa 2 tahunan off blog? Bukan karena nggak ada cerita. Banyak mah kalo cerita. Passwordnya disembunyiin demit. Aku tidak tahu menuliskan ini bisa berefek apa. Ya jelas lah yaaaa nulisnya aja belum kelar. Yang jelas ini bukan semata mata iseng tapi aku ngerasa perlu nulis. Belum ada, mungkin tidak ada satupun orang yang aku ceritain tentang hal hal yang bergejolak. Ada sisi positifnya juga, aku tidak perlu khawatir tentang yang terjadi selanjutnya setelah aku bercerita. Berbalik sisi, ada negatifnya. Yaaaaa!!!! Yang kalian baca sekarang ini imbas dari ketidaktahanan hal hal dalam jiwa yang ingin dikeluarkan. Okay langsung saja aku tidak ingin berbusa busa terlalu lama tentang segalanya. Sebut saja dia mawar, bukan sih kalau mawar kan cewek. Mungkin lebih tepatnya panggil aja kumbang. Aku mengenal kumbang 2013 silam saat aku memasuki bangku perkuliahan. Aku anak rantau sama dengan dia. Kita tergabung dalam sebuah perkumpulan mahasiswa asal kota kecil kita. Rasanya setelah ini, akan aku bahas satu per satu detik demi detik waktu yang pernah aku lalui dengan semuanya orang orang yang menyertai. ***