Minggu, 15 Januari 2017

START TO SEE YOU, BROMO

Dan, tengah malam itu diputuskan untuk berangkat ke bromo. Aku pikir perjalanan ke bromo menakjubkan, percakapan dengan kumbang membuatku untuk lebih saling mengenal. Dia banyak sekali cerita mengenai masa silamnya. Demi Tuhan, aku tidak sama sekali berusaha untuk menaruh rasa simpati maupun membuat sensasi melalui percakapan malam itu. Rasanya semuanya berlangsung begitu saja. Perjalanan malam itu menembus udara yang sangat amat dingin, kita melaju dijalanan yang sudah betul betul sangat sepi. Nyaris tidak ada yang berlalu lalang kecuali motor rombongan kami... Anyway.. Saat aku menulis ini, pikiran yang berkaitan dengan masa laluku disaat aku bersama dengan kumbang bergegas masuk ke dalam pikiranku. Peristiwa demi peristiwa yng pernah kita alami menusuk perasaanku. Oh betapa bahagianya dulu. Cukup kuat kurasakan, aku merasa diriku tidak bisa memberi tahu apa apa yang harus ku lakukan disaat tertimbun kenangan masa lalu seperti sekarang ini. Aku ingin mengatakan, aku rindu, tetapi aku gengsi... Oke! Kembali ke cerita bromo. Ditiap sudut tertentu disana aku melihat para penjaga malam sedang jongkok di pinggiran jalan menghadap ke perapian untuk menghangatkan badan. Sesekali hembusan rokok keluar dari mulut mereka. Sementara itu, kabut tipis yang turun menjadi embun mulai terlihat. Kesunyian tidak lagi menguasai sebab terpecahkan oleh percakapanku dengan dia. Dia adalah seseorang yang pernah mencintai seorang perempuan bernama bunga, tapi terkhianati oleh dusta. Sebenarnya aku sendiri tidak menyangka seseorang yang dingin seperti kumbang pernah menangis karena wanita. Bukan terlihat cengeng, tapi bagiku dia terlihat berperasaan. Bukan seseorang yang kasar, bukan seseorang yang tidak peduli. Mungkin malah sebaliknya, dia seseorang yang lembut dan peduli. Ahh namanya juga kalau sudah cinta segalanya itu buta. Mau se-sangar apapun kamu pernah juga luluh karena seseorang. Dia seseorang yang pernah jatuh, merasakan pahitnya hubungan asmara. Dia seseorang yang mampu bangkit dan lekas meludah mengenai apa apa yang pahit yang pernah dia telan. Keras kepala, tetapi asik juga. Dingin, tetapi kadang mampu mencair di kehangatan. Dia! Kumbang yang aku kenal... Liku liku perjalanan ke gunung bromo seraya ingin menghantarkanku pada suatu yang rumit. Serumit pikiranku. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi setelah pertemuanku tengah malam itu, percakapanku yang menembus angin, hingga bertubi tubi cerita yang aku dapat darinya. Dari gunung bromo aku mengetahuinya, aku mengenalnya. Mulai dari sanalah aku bisa bahagia karenanya. Kumbang pada tahun 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar